04 November 2009

IBU

Kasih ibu sepanjang masa. Istilah tsb tidak perlu kita ragukan lagi, dengan segala daya dan upaya selalu dilakukan seorang ibu bagi buah hatinya. Selama proses dikandungan, bagaimana ibu berupaya menjaga kesehatan diri & buah hatinya, membawa kemanapun kaki melangkah, apapun yg dilakukan tidak akan pernah terlepas kaitan/hubungannya dgn sang bayi. Selama proses bersalin, Ibu mempertaruhkan hidup & matinya demi kelahiran & keselamatan sang bayi dengan menahan rasa sakit yg luar biasa dan diakhiri dgn senyum merekah ketika suara tangisan bersenandung.

Apakah hanya sampai disitu pengorbanannya??

Ketika si buah hati lahir, bagaimana ibu membesarkan hingga tumbuh dewasa, mengajarkan, membimbing, dan mendidik dengan penuh kasih sayang & kesabaran yg luar biasa pula. Hingga akhirnya sang anak menjadi seseorang yg dewasa & mandiri. Tak ada rasa meminta pamrih dari apa yg sudah dilakukan olehnya, dan sudah menjadi kewajiban bagi anak untuk menjaga, menghormati, memelihara, serta merawat Sang Ibu. Yaaa...itu sudah sunatullah bagaimana sang anak merawat & menjaga ibu dgn penuh kasih sayang sebagaimana ibu merawat sewaktu kecil.

Setelah anak dewasa, ternyata sang ibu juga harus merawat orang tuanya yg sudah tak berdaya dan membutuhkan kasih sayang dari sang Ibu. Selama itu, tanpa disadari ternyata sang ibu pun masih memikirkan anaknya. Terlontarlah sebuah ucapan dari mulut kecil dgn tubuh yg sudah tidak terlalu bugar kepada si anak, "kalau nanti Ibu sudah tidak berdaya seperti nenek dan kalian sudah sibuk masing-masing, titip saja ibu ke panti jompo. Cukup kalian berikan kasih sayang dgn selalu datang ke sana. ibu sudah merasakan bagaimana waktu & tenaga tersita dgn merawat nenek"

bagaimana mungkin seorang ibu dengan pengorbanan yg sudah dilakukan berbicara seperti itu, dan bagaimana pula sang anak akan tega & ikhlas untuk mengabulkan ucapan si ibu. Bahkan dgn ucapan "ah" saja sudah dianggap sebagai sebuah pendurhakaan anak kpd orang tua, apalagi dgn menitipkannya ke panti jompo. Merenung hati sang anak dan berucap, "wahai ibu..selama masih ada detak jantung di diri ini, selama masih ada tenaga dari tubuh ini, apapun akan dilakukan untuk menjaga, merawat serta membahagiakanmu".

Bukankah surga itu berada di telapak para ibu?? (H.R. Ahmad).
Tidak akan masuk ke dalam surga seorang manusia kecuali dgn ridho Allah SWT, serta tak lepas dari keridhoan orang tuanya. (H.R. Tirmidzi)

Bahkan kedudukan seorang ibu lebih utama bila dibandingkan dgn ayah. Bila di representasikan dalam hukum perbandingan maka akan bernilai 3:1 atau dgn kata lain nilai seorang ibu 3x lipat daripada ayah.

Telah datang seorang sahabat kepada Rasulullah lalu bertanya : Wahai rasulullah, siapakah orang yg lebih berhak menjadi sahabatku yg baik? Jawab Rasulullah : Ibumu. Sahabat bertanya lagi, lalu siapa lagi? Rasulullah menjawab : Ibumu. lalu sahabat itu bertanya lagi, kemudian siapa lagi? Rasulullah menjawab : Ibumu. Lalu sahabat itu bertanya lagi, kemudian siapa lagi? Maka Rasulullah menjawab : Bapakmu (H.R. Bukhori & Muslim).

Sudah menjadi sebuah keniscayaan bagi anak dalam melaksanakan kewajibannya kepada orang tuanya terutama ibu. Saat ini waktunya kita untuk membalas semua jasa & pengorbanan yg telah dilakukan ibu.

Wahai ibu..aku akan selalu memberikan kasih sayang kepadamu, Ku berikan dgn setulus hatiku untuk selalu menjaga & merawatmu, Jangan ada lagi kata-kata itu terlontar dari lisanmu, karena merupakan suatu keharusan bagiku. (HR*)

2 komentar:

denpras mengatakan...

pemikiran yang mendalam...:)

Hefny Rifqi mengatakan...

Sudah seharusnya ini dirasakan oleh semua orang kan??? :-)